1. Bencana Alam Wasior
Banjir Wasior 2010 adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur.Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang.Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian.Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Ketika mendengar berita bencana banjir bandang di Wasior, ibu kota Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, pada hari Senin (4/10/2010), bayangan dan pikiran kami langsung bertanya bagaimana dengan kawasan hutan yang ada disekitarnya ? Hingga hari Jumat 8 Oktober 2010 pukul 06.15 WIT tercatat jumlah korban bencana Wasior mencapai 95 orang tewas, 76 orang hilang dan 1.061 orang luka-luka.
Apa penyebab bencana Wasior di Papua Barat itu ? Benarkah Pemerintah telah menerbitkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) di Papua Barat seluas 3,5 juta ha, termasuk izin menebang 196.000 ha di Kabupaten Teluk Wondama ? Benarkah telah terjadi deforestasi hutan di Papua Barat pada 2005-2009 mencapai 1 juta hektar atau berkisar 250.000 hektar per tahun ? Benarkah 6,6 juta hektar hutan primer dan sekunder di Papua Barat terkepung HPH, tambang, dan perkebunan ?
Kita tentunya sedih dan prihatin dengan terjadinya bencana Wasior di Papua Barat ini. Mengapa hal ini harus terjadi ? Apakah bencana ini akibat terjadinya pembalakan dan pertambangan ? Reformasi telah bergulir 12 tahun tentunya keadaan dan kehidupan di Indonesia semakin baik dan terarah termasuk alam lingkungan hutan di Indonesia terjaga dengan baik. Tidak ada lagi pencurian kayu, ilegal logging, perambahan hutan, pencemaran dan perusakan lingkungan.
Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, anggota DPR, DPRD, kalangan industri, tokoh adat, tokoh agama, LSM, dan lainnya harus bersungguh-sungguh mengatasi penyebab bencana ini dan peduli terhadap terjadinya kerusakan alam di Indonesia. Jangan tinggalkan anak cucu kita dengan 'air mata', namun tinggalkan anak cucu kita dengan 'mata air'.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengupayakan dan memberikan bantuan kepada korban banjir bandang dengan memberikan bantuan sandang dan pangan serta bantuan obat-obatan.
Korban akibat bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat, terus bertambah. Hingga pagi ini, korban tewas yang berhasil ditemukan mencapai 134 orang.
Demikian disampaikan Sekretaris PMI Papua Barat Abidin saat dihubungi okezone, Sabtu (8/10/2010). Dia menjelaskan, korban tewas yang berhasil ditemukan terdiri 105 orang ditambah 29 orang yang dinyatakan hilang sebelumnya dilaporkan sudah ditemukan dengan kondisi telah meninggal dunia. Sehingga, total korban tewas mencapai 134 orang.
"Saat ini terus dilakukan pencarian korban lainnya," ungkap Abidin. Warga, kata dia, sangat membutuhkan pasokan air mineral dan bahan makanan. "Sumber air rusak, MCK rusak, rumah rusak berat, sehingga butuh air mineral, sanitasi, dan pangan akibat sebagian besar toko tutup karena banyak pengusaha yang mengungsi ke Manokwari," paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, bantuan terus mengalir namun terkendala transportasi. Saat ini, PMI masih melakukan kegiatan pendataan dan mulai mendistribusikan logistik berupa familykid 250,babykit 90. "Selain itu melakukan penyemprotan di beberapa lokasi," imbuhnya.
Seperti diketahui, banjir bandang di Papua Barat terjadi pada Senin 4 Oktober 2010 sekira pukul 06.00 WIT. Lokasi kejadian terletak di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat di mana lokasi yang terkena dampak yaitu Wasior I, Wasior II, Rado, Moru, Maniwak, Manggurai, Wondamawi, dan Wondiboy.
Korban Tewas Wasior Jadi 145 Orang
TEMPO Interaktif, Jayapura -Korban banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat terus bertambah. Posko penanggulangan bencana di Wasior menyebutkan, hingga Minggu sore (10/10), jumlah korban tewas meningkat dari 124 menjadi 145 orang.
“Hasil rekap kita sampai sore ini telah mencapai 145 tewas. Rekap biasanya setiap jam enam sore,” kata Asisten III Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Eka Woysiri.
Sementara korban luka berat mencapai 188 orang, luka ringan 665, dan hilang 123 orang. Jumlah pengungsi hingga sore ini sudah mencapai 4.625 warga. “Jika ada media yang menulis korban tewas 148, itu bisa saja, karena data tiap saat berubah,” ujarnya.
Dikatakan Woysiri, langkah tanggap darurat tetap difokuskan ke pencarian korban meninggal. Namun pencarian hari ini terkendala hujan lebat yang turun di Wasior sepanjang hari. “Pencarian dilakukan, tapi hanya dalam Kota Wasior saja.”
Pemerintah Rancang Relokasi di Wasior dan Mentawai
Seorang penduduk memperhatikan mobil yang hancur akibat banjir badang di Wasior, Papua (9/10) REUTERS/Beawiharta
Kementerian Pekerjaan Umum masih mempertimbangkan kemungkinan merelokasi warga di Wasior dan Mentawai. Menurut Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak, relokasi di kedua daerah yang terkena bencana tersebut masih dalam rancangan. "Relokasi masih dirancang," ujar Hermanto ketika Dihubungi Tempo, Rabu (3/11).
Untuk kedua tempat tersebut, kata Hermanto, pihaknya akan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat meminimalisasi resiko terjadinya bencana. "Ini lebih ke arah mitigasi, untuk itu perlu dipertimbangkan perpindahan lokasi tersebut," ujar dia.
Dia mengatakan, saat ini Kementerian masih melakukan survei di wasior dan Mentawai dengan mempertimbangkan dari berbagai faktor seperti, ketinggian yang relatif aman untuk ditempati, morfologi, serta kemiringan tanahnya.
Dia menambahkan, pihaknya masih melakukan tanggap darurat di wasior dan Mentawai. Infrastruktur yang rusak di sana seperti jalan dan jembatan terlebih dulu difungsionalkan kembali dengan mengirimkan alat berat untuk mengangkat puing-puing yang ada di jalan.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU, Waskito Pandu, kemungkinan relokasi di daerah Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dilakukan ke arah barat dari lokasi terjadinya bencana. "Sekitar 20 kilometer dari Wasior yang terkena bencana," ujar dia. Mengenai relokasi di Mentawai, kata Pandu, akan dipertimbangkan adalah daerah yang lebih aman seperti ke perbukitan.
Menurutnya, akibat banjir bandang di Wasio, Kementerian PU mendata 1.373 rumah masyarakat dan 11 kantor hancur serta 4 fasilitas air bersih rusak. Sepanjang 200 meter jalan rusak berat, 10 kilometer rusak sedang, dan 9.000 meter alur sungai juga rusak.
2. Meletusnya Gunung Merapi
Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700m. Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tapi pada tahun 1930 letusan gunung merapi menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang. Pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia hingga yang terbaru tahun 2006.
Dan pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.
Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Merapi di Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan sedikitnya 28 orang tewas, termasuk Mbah Maridjan.
• 20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK Yogyakarta.
• 21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.
• 25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada pukul 06.00 WIB.
• 26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.[3]
• 27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.
• 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
Pemerintah Alihkan Dana Ternak Merapi ke Pakan Ternak
Ternak yang dievakuasi di Argomulyo, Yogjakarta, Sabtu (6/11). (AP Photo/Trisnadi)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Karena peternak di sekitar Gunung Merapi ternyata tak ingin menjual sapinya, pemerintah berencana mengalihkan sebagian dana untuk membeli pakan ternak. Dana senilai Rp 100 miliar tadinya disediakan untuk membeli sapi-sapi para korban letusan Merapi.
"Dari tiga penampungan yang saya kunjungi, rata-rata peternak tidak ingin sapinya dijual, yang diinginkan adalah kelangsungan suplai pakan ternaknya," ujar Menteri Pertanian Suswono seusai rapat koordinasi terbatas di Kantor Presiden, Selasa (16/11).
Dari Rp 100 miliar, baru Rp 600 juta yang dialokasikan Kementerian Pertanian. Rp 200 juta diperuntukkan untuk pakan ternak, sedangkan Rp 400 juta untuk operasional. "Sambil menunggu dana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana keluar," ucapnya.
Tim Kementerian Pertanian kini sedang sibuk mengidentifikasi sekitar 83 ribu ekor sapi yang ada di daerah rawan, yakni radius 20 kilometer dari Merapi. Tim terdiri dari penyuluh Dinas Peternakan, serta relawan mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan mahasiswa Universitas Diponegoro. Tim itu bertugas mendata berapa banyak sapi yang ada, siapa pemiliknya, di mana letaknya, sumber dana pembelian sapi itu, dan apakah si pemilik mau menjualnya.
Kata Suswono, Kementerian bakal tetap membeli jika ada peternak yang memilih menjual sapinya. "Transaksinya melalui bank, mereka kita buatkan rekening karena di dalam pengungsian sangat bahaya pegang uang cash (tunai)," tuturnya.
Pakan ternak didatangkan dari berbagai tempat di luar Yogyakarta, antara lain dari Purwokerto. Pabrik gula membantu memberi ampas tebu, sedangkan peternak di Jawa Timur juga menyumbangkan pakan ternak.
Suswono menambahkan, dari 83 ribu sapi itu, yang telah dievakuasi baru 8.376 ekor. "Mengevakuasi sapi itu enggak seperti manusia, satu sapi naikin ke truk aja gimana itu, coba bayangkan," ucapnya.
Tentara yang membantu pun disebutkannya kerepotan mengevakuasi ternak.
Pembukaan Bandara Adisutjipto Diputuskan Besok
Bandara Internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta. AP Photo/Irwin Fedriansyah
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bekti Gumay mengatakan pembukaan Bandar Udara Adisutjipto baru akan diputuskan besok, Senin, (15/11). Keputusan akan diambil setelah Kementerian Perhubungan menerima laporan dan data dari Bandara Adisutjipto malam ini.
“Kan penutupannya sampai tanggal 15 November, jadi baru akan kami putuskan besok mengenai dibuka atau tidaknya,” kata Herry Bekti ketika dihubungi Tempo, Ahad, (14/11). Berdasarkan perkembangan yang dia terima dalam beberapa hari terakhir, cenderung bertambah baik. Terutama soal guyuran abu vulkanik yang kian menipis.
Adapun siaran pers Media Center Insan Pariwisata Jogja, yang dibagikan kepada wartawan, para pelaku wisata seperti PHRI, ASITA, Angkasa Pura I dan HPI menyampaikan penerbangan sipil dan komersial dari dan ke Yogyakarta mulai dibuka Selasa, (16/11) pagi. Koordinator Media Center Insan Pariwisata Istidjab Danunagaro Istidjab mengatakan dengan dibukanya kembali Bandara Adisutjipto pada Selasa, (16/11) maka sektor pariwisata di Yogyakarta bisa berjalan normal kembali. “Akses ke Yogyakarta akan mudah sehingga wisatawan akan masuk ke Yogyakarta,” kata Istidjab.
Pernyataan senada diungkapkan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) Edwin Ismedi. Dengan dibukanya bandara, maka Edwin berharap kegiatan pariwisata berjalan normal kembali.
3. Bencana Alam Mentawai
Korban Tewas Mentawai Jadi 408 Orang
Jum'at, 29 Oktober 2010
Seorang warga Dusun Beleraksok melintasi bangunan gereja yang hancur akibat Stunami Mentawai, Sumatera Barat, Foto: TEMPO/Aditia Noviansyah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Kabupaten Kepulauan Mentawai mencatat hingga Jumat, pukul 09.30 WIB korban meninggal akibat gempa dan tsunami di Pagai Selatan mencapai 408 orang.
Berdasarkan data yang diterima dari posko tanggap bencana di Sikakap, 303 orang masih dilaporkan hilang, 270 penduduk luka berat dan 142 orang luka ringan.
Gempa berkekuatan 7,2 SR yang disertai tsunami yang terjadi Senin, 25 Oktober, juga menyebabkan 517 bangunan rusak berat dan 204 rusak ringan. Lindu tersebut merupakan yang kelima yang menggoyang Pagai Selatan dalam lima jam terakhir. Gempa pertama terjadi pada Senin malam pukul 21.42 dengan kekuatan 7,2 skala Richter. Sementara gempa susulan terakhir terjadi Selasa dini hari pukul 02.37 WIB.
Gempa susulan terakhir berpusat di 30 kilometer sebelah barat daya Pagai Selatan, Mentawai, dengan kedalaman 30 kilometer. Titik gempa berada di 3,16 Lintang Selatan-100,07 Bujur Timur.
Pusat gempa juga terletak di 51 kilometer sebelah tenggara Pagai Utara, Mentawai, Sumatera Barat; 115 kilometer sebelah tenggara Sipura, Mentawai, Sumatera Barat; 133 kilometer sebelah barat daya Muko-muko, Bengkulu; 822 kilometer sebelah barat laut Jakarta.
Sampai saat ini dilaporkan 22.595 orang mengungsi di daerah-daerah aman, sementara jumlah penduduk Bumi Sikkerei itu 6.004 orang.
Para relawan masih terus mencari dan mendata korban serta menyalurkan bantuan dari sejumlah pihak baik pemerintah, swasta maupun LSM, kepada korban bencana.
Korban Hilang Tsunami Mentawai Mencapai 380 Orang
Selasa, 26 Oktober
Korban gempa berkekuatan 7,2 skala richter di wilayah Sumatera Barat menyebabkan tsunami di kepulauan Mentawai terus bertambah.
Menurut Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko dia mendapat laporan dari lapangan, sebanyak 40 orang tewas dan 380 orang dinyatakan hilang. "Saat ini tim SAR masih mencari korban yang hilang," kata Satoko di sebuah stasiun televisi.
Jumlah korban yang tewas maupun yang hilang masih simpang siur. Menurut Hardimansyah, pegawai Departemen Kelautan yang bertugas di sana, seluruh bangunan di desa Betu Monga, Mentawai hancur. "Sebanyak 200 orang tinggal di desa itu, 40 orang telah ditemukan sedangkan 160 orang hilang," kata Hardimansyah.
Selain di Malakopa, ada satu orang yang tewas dan dua lainnya hilang. Hardimansyah mengatakan sebanyak 80 persen rumah di daerah tersebut hancur sedangkan persediaan makanan sangat terbatas.
Salah seorang polisi setempat, Ronald mengatakan polisi telah membuat tenda-tenda darurat. "Para korban sangat butuh tempat untuk berteduh, mereka juga butuh makanan," ujarnya. "Saat ini curah hujan masih besar dan angin sangat kencang."
Gempa 7,2 skala Richter yang mengguncang Pulau Pagai Selatan di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pukul 21:42:25 WIB Senin (25/10), ternyata menimbulkan tsunami, meski hanya 1 hingga 1,5 meter.
Sebelumnya, korban tewas akibat tsunami yang menerjang Pulau Pagai Selatan, Pulau Pagai Utara dan Pulau Sipora di Kepulauan Mentawai bertambah menjadi 31 orang. Data ini didapat dari Yayasan Citra Mandiri (YCM), NGO lokal yang memiliki jaringan di hampir semua dusun dan desa di Kepulauan Mentawai.
Direktur Eksekutif Yayasan Citra Mandiri Roberta Sarokdok mengatakan dari data yang dikumpulkan anggota YCM di Pulau Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan dan Pulau Sipora 31 warga tewas dan 193 hilang, serta ratusan rumah hancur akibat hantaman tsunami. “Anggota kami di lapangan mengumpulkan data ini, warga tewas dan hilang karena terkena tsunami,” kata Roberta.
Marzuki Alie Bersedia Minta Maaf untuk Mentawai
Jum'at, 29 Oktober
Penduduk desa di Kecamatan Pagai Selatan yang terkena tsunami di Mentawai, Kamis (28/10). Jumlah korban tewas akibat tsunami yang melanda pulau-pulau terpencil barat Mentawai pada hari Senin telah mencapai setidaknya 343 orang. REUTERS/Presidential Palace-Abror Rizki/Handout
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie bersedia meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas pernyataannya yang dianggap tidak peka terhadap penderitaan korban tsunami di kepulauan Mentawai.
“Kalaupun minta maaf karena salah persepsi, salah opini, atau salah pengertian, tak ada masalah minta maaf kepada rakyat Indonesia,” kata Marzuki di sela-sela kunjungannya ke Malaysia dalam rangka wisuda doktoralnya di Universiti Utara Malaysia (UUM), Jum’at (29/10). “Toh, minta maaf tidak akan mengecilkan diri kita. Dan sebagai manusia, kekeliruan itu bisa saja terjadi.”
Marzuki Alie menjelaskan bahwa persepsi negatif atas pernyataannya muncul karena kesalahan wartawan mengutip ucapnnya. “Waktu itu wawancaranya door-stop, pertanyannya pindah-pindah, sehingga kutipannya sepotong-sepotong,” terang Marzuki. “Tapi saya nggak menyalahkan media. Itu biasa dalam pengutipan.”
Sebelumnya, menanggapi bencana tsunami yang terjadi di Mentawai, Marzuki mengatakan: "Mentawai baru ada beritanya karena itu kan jauh pulau itu. Ya, pulau kesapu sama ombak besar kesapu tsunami mungkin konsekuensi orang yang tinggal di pulau lah," kata Marzuki.
Dia juga menuturkan, peringatan dini selama dua jam dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tak banyak membantu karena warga tak sempat meninggalkan Mentawai. Oleh karena itu, bencana Tsunami tidak perlu ditakuti jika warga Mentawai pindah. "Kalau takut kena ombak jangan tinggal dipinggir pantai. Tapi kan Tsunami ini tentukan harus kita peduli," ujarnya ketika itu.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini mengklarifikasi pernyataannya itu. Menurut dia, sebenarnya dia mengatakan, Mentawai itu adalah kawasan zona gempa. "Secanggih apapun peralatannya, kalau tidak ada tempat berlindung di pulau tersebut, maka tidak ada gunanya,” kata dia. “Maksud saya, jangan ada lagi anak bangsa yang mati sia-sia”.
Marzuki mencontohkan kasus meninggalnya Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. “Jangan seperti kasus Mbah Maridjan, walaupun sudah difasilitasi, tapi tetap dengan kepercayaannya, lalu ada awan panas kemudian tewas. Ya nggak bisa dong, disalahkan pemerintah,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Marzuki juga menyampaikan alasannya mengapa belum melakukan kunjungan ke Mentawai. “Kalau saya pergi kesana sekarang, tugas saya apa? Hanya untuk melihat-lihat?” katanya, balik bertanya.
Sedangkan kalau tetap di Jakarta ia bisa memantau perkembangan dan menanyakan kepada menteri perhubungan tentang pengiriman bantuan ke Mentawai. “Saat ini yang mereka perlukan para relawan. Kalau saya datang untuk berempati, itu nanti,” ujar Marzuki. Dia berjanji akan meninjau ke daerah bencana bersama komisi XIII DPR dengan membawa dana bantuan. “Kita datang ke daerah bukan dengan tangan kosong.”
Menanggapi maraknya pemberitaan atas pernyataannya, Marzuki hanya menjawab enteng. “Tak ada masalah. Saya syukuri saja, bisa menjadi orang terkenal.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar